Pancasila Bukan Sekadar Mata Pelajaran: Mendorong Pembiasaan Nilai dalam Kegiatan Sekolah
Pancasila seringkali hanya dianggap sebagai mata pelajaran teori yang harus dihafal di sekolah. Padahal, Pancasila adalah way of life bangsa Indonesia. Penting bagi institusi pendidikan untuk beralih dari sekadar teori menuju praktik nyata. Pembiasaan Nilai nilai luhur Pancasila dalam seluruh kegiatan sekolah adalah kunci membentuk karakter siswa seutuhnya.
Pembiasaan Nilai Pancasila dimulai dari sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Sekolah dapat mendorong nilai ini melalui kegiatan keagamaan rutin, seperti salat berjamaah, perayaan hari besar keagamaan, atau doa bersama sebelum memulai pelajaran. Ini menanamkan pondasi spiritual dan toleransi antarumat beragama sejak dini.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, diwujudkan melalui Pembiasaan Nilai empati dan kesopanan. Sekolah dapat menerapkan program anti-perundungan (anti-bullying), serta mewajibkan siswa untuk menghormati guru dan sesama teman. Sikap saling menghargai martabat manusia harus menjadi budaya sekolah sehari-hari.
Persatuan Indonesia, sila ketiga, didorong melalui kegiatan kelompok dan kegiatan gotong royong. Siswa diajarkan bekerja sama tanpa memandang latar belakang suku, agama, atau ras. Misalnya, dalam kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah, Pembiasaan Nilai persatuan ini dapat ditumbuhkan secara alami dan efektif.
Pembiasaan Nilai pada sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dapat dilakukan melalui praktik demokrasi sekolah. Pemilihan ketua OSIS, musyawarah kelas, atau diskusi untuk mencari mufakat adalah simulasi nyata pengambilan keputusan yang berdasarkan musyawarah.
Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dapat dipraktikkan melalui program sosial sekolah. Contohnya adalah kegiatan bakti sosial, pengumpulan donasi untuk yang membutuhkan, atau penerapan tata tertib yang adil tanpa memandang status sosial siswa. Ini mengajarkan rasa keadilan dan pemerataan.
Melalui Pembiasaan Nilai ini, sekolah bertransformasi menjadi laboratorium karakter. Nilai-nilai Pancasila tidak lagi hanya berupa teks, tetapi menjadi pedoman perilaku yang melekat pada diri siswa. Kegiatan Sekolah harus dirancang untuk secara eksplisit mengandung unsur-unsur nilai Pancasila di dalamnya.
Kesimpulannya, pergeseran dari hafalan menuju Pembiasaan Nilai adalah esensi sejati pendidikan Pancasila. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai luhur dalam setiap aspek kehidupan sekolah, institusi pendidikan berperan aktif dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter Pancasilais yang kuat.