Keajaiban Pegunungan Tengah: Mengenal Dingiso, Satwa Asli dan Sakral Papua

Keajaiban Pegunungan Tengah: Mengenal Dingiso, Satwa Asli dan Sakral Papua

Papua, dengan lanskap pegunungan yang megah dan hutan belantara yang luas, menyimpan berbagai satwa asli Papua yang unik dan beberapa di antaranya memiliki nilai sakral bagi masyarakat setempat. Salah satunya adalah Dingiso (Dendrolagus mbaiso), spesies kanguru pohon yang endemik di Pegunungan Sudirman, Papua. Lebih dari sekadar satwa asli Papua, Dingiso memiliki kedudukan istimewa dalam kepercayaan masyarakat Moni dan Dani, dianggap sebagai hewan keramat yang keberadaannya dijaga dan dihormati. Mengenal Dingiso berarti memahami kekayaan alam sekaligus kearifan lokal Papua.

Dingiso memiliki ciri fisik yang khas sebagai kanguru pohon. Tubuhnya kekar dengan bulu hitam lebat dan halus. Ekornya panjang dan berotot, berfungsi sebagai penyeimbang saat bergerak di pepohonan. Sebagai satwa dari Papua yang hidup di ketinggian antara 2.700 hingga 3.500 meter di atas permukaan laut, Dingiso telah beradaptasi dengan baik pada lingkungan pegunungan yang dingin dan berhutan lebat. Mereka memakan berbagai jenis tumbuhan, termasuk daun, buah, dan lumut yang terdapat di habitatnya. Pergerakannya di atas pohon sangat lincah, meskipun terkadang mereka juga turun ke tanah.

Bagi masyarakat Moni dan Dani, Dingiso bukan sekadar satwa asli Papua, melainkan memiliki nilai spiritual yang mendalam. Mereka percaya bahwa Dingiso adalah perwujudan leluhur atau memiliki keterkaitan erat dengan roh penjaga hutan. Oleh karena itu, perburuan Dingiso secara tradisional dilarang atau sangat dibatasi, hanya dilakukan dalam kondisi tertentu dan dengan ritual khusus. Keberadaan Dingiso dianggap membawa berkah dan keseimbangan bagi alam serta kehidupan masyarakat. Pada tanggal 25 April 2025, tokoh adat suku Moni di Lembah Baliem, Bapak Yali Wenda, dalam sebuah pertemuan dengan tim peneliti lingkungan, menegaskan kembali kesakralan Dingiso bagi komunitasnya dan pentingnya menjaga habitat satwa asli Papua ini.

Sayangnya, meskipun memiliki status sakral, populasi Dingiso sebagai satwa asli Papua tetap menghadapi ancaman akibat hilangnya habitat karena aktivitas manusia dan perburuan ilegal. Upaya konservasi yang melibatkan masyarakat lokal, pemerintah, dan organisasi lingkungan menjadi sangat penting untuk melindungi keberadaan Dingiso dan kearifan lokal yang terkait dengannya. Mengenal dan menghormati Dingiso bukan hanya tentang menjaga keanekaragaman hayati Papua, tetapi juga tentang menghargai nilai-nilai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Comments are closed.