Mengenal Keberagaman Satwa: Mengungkap Keunikan Badak Sumatera yang Kritis
Indonesia, dengan kekayaan keberagaman satwa yang menakjubkan, menyimpan berbagai spesies unik dan langka. Salah satunya adalah Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), mamalia besar bercula dua yang kini berada di ambang kepunahan. Sebagai bagian penting dari keberagaman satwa Indonesia, keberadaan Badak Sumatera sangatlah krusial bagi keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis. Mari kita eksplorasi lebih lanjut tentang keberagaman satwa yang terancam ini.
Badak Sumatera merupakan spesies badak terkecil di dunia dan satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula. Cula mereka relatif pendek, dengan cula depan biasanya lebih panjang dari cula belakang. Tubuhnya ditutupi oleh rambut kasar berwarna cokelat kemerahan. Badak Sumatera adalah hewan yang soliter dan pemalu, menghabiskan sebagian besar waktunya di hutan lebat untuk mencari makan berupa dedaunan, ranting muda, buah-buahan, dan biji-bijian. Mereka memiliki peran penting dalam menjaga struktur vegetasi hutan melalui kebiasaan makannya.
Habitat Badak Sumatera kini sangat terbatas dan terfragmentasi di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan. Hilangnya habitat akibat deforestasi untuk perkebunan dan pertambangan menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup mereka. Selain itu, perburuan liar untuk diambil culanya, yang dipercaya memiliki khasiat obat tradisional di beberapa negara, juga menjadi faktor pendorong menuju kepunahan.
Upaya konservasi Badak Sumatera melibatkan berbagai tindakan intensif. Di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, misalnya, terdapat Suaka Badak Sumatera (SRS) yang menjadi rumah bagi beberapa individu badak dalam lingkungan semi-alami. Tim dokter hewan dan perawat satwa di SRS melakukan pemantauan kesehatan secara rutin, seperti yang tercatat pada tanggal 5 Mei 2024, di mana dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap seekor badak betina bernama “Rosa” oleh drh. Indra dan tim. Selain itu, patroli anti-perburuan juga terus ditingkatkan di kawasan-kawasan penting habitat badak oleh petugas gabungan dari BKSDA dan anggota kepolisian dari Polres Lampung Timur.
Program penangkaran ex-situ juga menjadi bagian dari strategi konservasi untuk meningkatkan populasi Badak Sumatera. Meskipun tantangannya besar, keberhasilan kelahiran anak badak di penangkaran memberikan harapan baru bagi masa depan spesies ini. Namun, upaya perlindungan habitat alami tetap menjadi kunci utama dalam menjaga keberagaman satwa secara keseluruhan.
Keberadaan Badak Sumatera adalah indikator penting dari kesehatan ekosistem hutan hujan tropis. Kepunahannya akan menjadi kehilangan yang tak ternilai bagi keberagaman satwa Indonesia dan dunia. Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi konservasi, masyarakat lokal, dan dunia internasional, sangat dibutuhkan untuk memastikan Badak Sumatera tetap menjadi bagian dari kekayaan keberagaman satwa bumi kita.