Gambang Kromong: Harmoni Etnis dalam Musik Tradisional Betawi
Jakarta, sebagai melting pot berbagai budaya, memiliki kekayaan seni yang luar biasa, salah satunya adalah musik tradisional Betawi Gambang Kromong. Ansambel musik ini merupakan perpaduan unik antara unsur-unsur musik Tionghoa dan Betawi, menghasilkan harmoni yang khas dan memikat. Keunikan inilah yang menjadikan Gambang Kromong sebagai identitas penting dalam khazanah musik tradisional Betawi.
Sejarah mencatat bahwa Gambang Kromong mulai berkembang di Batavia (nama lama Jakarta) pada abad ke-18. Akulturasi budaya antara masyarakat Tionghoa peranakan dengan penduduk Betawi melahirkan ansambel musik yang memadukan alat musik pukul seperti gambang dan kromong (yang memiliki tangga nada pentatonis Tionghoa), dengan alat musik tiup seperti sukong, tehyan, dan kohyan (alat musik gesek Tionghoa), serta alat musik pukul lainnya seperti gendang, gong, dan kecrek khas Betawi. Perpaduan inilah yang memberikan warna tersendiri pada musik tradisional Betawi Gambang Kromong.
Dalam setiap penampilannya, Gambang Kromong menyajikan alunan musik yang dinamis dan penuh semangat. Repertoar lagu yang dibawakan sangat beragam, mulai dari lagu-lagu klasik Betawi seperti “Jali-jali,” “Kicir-kicir,” “Surilang,” “Lenggang Kangkung,” hingga lagu-lagu populer yang diadaptasi dengan aransemen Gambang Kromong yang khas. Tak jarang, dalam pertunjukan Gambang Kromong juga diselipkan pantun dan lawakan yang menambah semarak suasana.
Kehadiran musik tradisional Betawi Gambang Kromong seringkali memeriahkan berbagai acara penting di Jakarta. Contohnya, pada acara peresmian revitalisasi Kota Tua pada hari Kamis, 17 Juli 2025, kelompok Gambang Kromong “Swara Betawi” dijadwalkan tampil di Plaza Fatahillah mulai pukul 16.00 WIB. Menurut Ibu Marni, selaku ketua kelompok, mereka akan membawakan sekitar 10 lagu andalan mereka selama kurang lebih 1,5 jam. Untuk menjaga ketertiban acara, Pemerintah Kota Jakarta Barat akan menerjunkan 20 personel Satuan Polisi Pamong Praja dan 10 anggota kepolisian dari Sektor Taman Sari.
Meskipun memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, musik tradisional Betawi Gambang Kromong juga menghadapi tantangan zaman. Persaingan dengan musik modern dan kurangnya minat generasi muda menjadi isu penting yang perlu diatasi. Berbagai upaya pelestarian terus digalakkan, seperti festival Gambang Kromong, pelatihan bagi generasi muda, dan kolaborasi dengan musisi modern untuk memperkenalkan kekayaan musik ini kepada khalayak yang lebih luas.
Gambang Kromong bukan hanya sekadar musik tradisional Betawi. Ia adalah simbol dari persahabatan antar budaya dan kekayaan warisan seni Jakarta yang patut dijaga dan dilestarikan. Melalui alunan nadanya, kita dapat merasakan harmoni dalam keberagaman yang menjadi ciri khas ibu kota.